Masyarakat Tengger Menangkap Sesaji di bibir Kawah Gunung Bromo di Ritual Yadnya Kasada
Sebagian warga bersiap menangkap sesaji dengan jaring. Di upacara Yadnya Kasada, tradisi ini dipercaya membawa keberkahan dan simbol harapan yang diterima dari alam.

Yadnya Kasada: Ketika Doa, Pengorbanan, dan Gunung Bromo Menyatu

Gunung Bromo dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam paling memukau di Indonesia. Namun, di balik keindahan sunrise dan lautan pasirnya, Bromo juga menyimpan sebuah tradisi sakral yang berlangsung turun-temurun: Yadnya Kasada, atau dikenal juga oleh masyarakat di Jawa Timur sebagai Kasodo.

Dukun Tengger (Pandita/Rohaniawan Adat) Suku Tengger
Upacara Kasada (Yadnya Kasada) dipimpin oleh pemuka adat Suku Tengger, Dukun Tengger (Pandita/Rohaniawan Adat), Sesepuh Desa (Tetua Adat), Juru Kunci Bromo dan Pemangku Pura Luhur Poten

Apa Itu Yadnya Kasada?

Yadnya Kasada adalah upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Tengger untuk mempersembahkan sesaji kepada Sang Hyang Widhi dan leluhur mereka, terutama Roro Anteng dan Joko Seger. Sesaji berupa hasil bumi, makanan, bahkan hewan ternak dilemparkan ke dalam Kawah Bromo sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan berkah.

Prosesi dari penganut Hindu Tengger saat upacara Yadnya Kasada
agama Hindu Tengger—sebuah kepercayaan unik yang merupakan perpaduan Hindu Dharma, Buddha, dan tradisi lokal

Asal Usul dan Legenda

Upacara ini berakar dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan suami istri pendiri suku Tengger. Setelah bertahun-tahun tak dikaruniai anak, mereka berdoa kepada dewa dan berjanji akan mengorbankan anak ke-25 mereka. 

Setelah dikabulkan dan memiliki 25 anak, mereka harus menepati janji. Raden Kusuma, anak bungsu mereka, rela mengorbankan diri dengan terjun ke kawah. Dari situlah muncul tradisi Kasada.

Kebersamaan Masyarakat Suku Tengger di Upacara Kasada
Yadnya Kasada juga menjadi momen berkumpulnya masyarakat Tengger dari berbagai desa. Tradisi ini mempererat tali persaudaraan dan melestarikan budaya nenek moyang

Prosesi Upacara

Upacara dimulai dari malam hari di Pura Luhur Poten, sebuah pura yang berada di tengah Lautan Pasir Bromo. Prosesi dilanjutkan dengan arak-arakan menuju kawah Bromo saat dini hari, di mana masyarakat melemparkan sesaji ke dalam kawah. Doa dan mantra dipanjatkan sepanjang prosesi oleh para dukun adat dan warga.

Praktik menangkap sesaji ini telah menjadi bagian dari dinamika Upacara Kasada modern di Bromo
Pada acara Kasada, Sesaji (disebut juga ongkek) yang dilemparkan ke kawah Bromo adalah persembahan suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa, dewa-dewi, dan arwah leluhur, terutama Joko Seger dan Roro Anteng.

Makna Spiritual dan Sosial

Kasada bukan hanya bentuk pengorbanan dan syukur, tapi juga mempererat hubungan spiritual antara manusia, alam, dan leluhur. Selain itu, upacara ini memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas antarwarga Tengger.

Waktu Pelaksanaan

Yadnya Kasada digelar setiap tahun pada bulan ke-12 kalender Tengger, biasanya jatuh pada Juli atau Agustus kalender Masehi, dan dilakukan saat bulan purnama.

Daya Tarik Wisata Budaya

Kasada kini juga menjadi daya tarik wisata budaya. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara datang menyaksikan prosesi ini. Namun penting untuk selalu menghormati budaya setempat: berpakaian sopan, tidak mengganggu jalannya upacara, dan tidak mengambil sesaji yang dilemparkan.

Yadnya Kasada adalah cerminan kearifan lokal yang masih hidup hingga kini. Bagi siapa pun yang datang ke Bromo, menyaksikan upacara ini bukan hanya tentang melihat tradisi, tapi juga memahami kedalaman hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas yang dijaga oleh suku Tengger dengan penuh hormat.

Leave a Reply